Mati
gue. Gue keceplosan bilang Crystal pacar gue lagi. Vander bego!
Bisa
gue liat sekarang, akibat dari perbuatan gue semua orang pada cengo.
"Kamu
becanda kan, Van? Gamungkin kalo cewek macem dia bisa jadi pacar kamu,"
Rissa tiba-tiba ngomong memecah keheningan.
Plak.
Kejadiannya cepet banget, Crystal tiba-tiba maju
dan langsung nampar Carissa.
Gue
cengo, Fian sama Della makim cengo.
"Jaga
mulut lu, Carissa. Kalo gue beneran pacar Vander lu mau apa? Gue emang ngga
secantik atau setajir lu, tapi gue masih punya harga diri buat ngga
ngejar-ngejar cowok yang jelas-jelas gamau sama lu.," Crystal ngomong
dengan nada super tajam. Dia ngeliat Carissa dengan tatapan membunuh. Bisa gue
liat Carissa udah pucet banget. Bagus Crystal, omongan lu bisa bikin setan satu
ini diem. Itu baru pacar gue.
Eh
salah. Dia bukan pacar gue. Gue cuma keceplosan.
"Ayo,
Van. Kita ke kelas. Atau kamu masih mau ngeliatin Carissa?" kata Crystal
sambil ngegandeng gue dan ngeliat gue dengan tatapan membunuh.
Ampun
Crystal. Ampun! Akhirnya gue, Crystal, Della, dan Fian masuk ke sekolah.
Semua
hening. Sampe di koridor kelas 10, Fian memecah keheningan.
"Gue
gatau apa yang terjadi sama kalian, cuma gue mau ngasih tau. Ati-ati sama
Carissa. Dia bisa ngelakuin apa aja asal dia dapet apa yang dia mau. Gue yakin
Crystal udah jadi daftar blacklist dia. Van, walaupun lu gasengaja bilang
Crystal pacar lu, lu harus jaga dia persis kayak lu jaga pacar lu sebenernya.
Gue sama Della masuk kelas dulu ya. Hope everything will be alright for you
both," kata Fian sambil nepuk bahu gue sama Crystal.
"Jaga
Crystal ya, Van" Della senyum ke arah gue. Gue bales senyum juga.
Tinggalah
gue sama Crystal dengan keadaan yang super-super awkward.
"Crystal,
sorry banget. Tadi gue gasengaja bilang gitu. Sorry banget ya," kata gue
sambil natap mata biru laut dia. Mata itu keliatan banget kalo lagi kesel
setengah mati. Kilatan amarah tercetak jelas.
"Iya
gapapa. Gue juga kesel banget sama Carissa. Apa mau dia sih? Dia
ngejelek-jelekin gue, ngurung gue di gudang. Pyscho kali ya dia"
Mata
gue melebar. Carissa yang ngurung Crystal di gudang?! "Rissa yang ngurung
lu di gudang?!"
Crystal
mengangguk. Carissa, lu berada dalam masalah sekarang!
***
Bel
pulang udah bunyi, gue masih di kelas berdua sama Crystal. Ajak dia jalan ah.
"Crys,
jalan yuk,"kata gue sambil ngacak rambut dia.
"Mau
kemana?" kata dia sambil merapikan rambutnya tapi ngga malah ngga
rapi-rapi.
Akhirnya
gue berinisiatif buat ngerapihin rambut dia. Pas udah beres, Crystal ngangkat
mukanya jadi sekarang jarak muka gue sama dia udah tipis banget. Hidung gue
sama hidung dia udah bersentuhan.
Anjir
ini posisi nyaris banget. Ada yg maju aja, somethimg will happen. Crystal
cantik banget diliat dari deket kayak gini. Mata birunya itu loh, keren banget.
"Van,
mundur bisa ngga? Gue gabisa mundur. Belakang gue udah mentok meja," kata
dia dengan pipi yang merah banget.
Gue
akhirnya mundur dan mencoba menetralkan detak jantung gue.
"Sorry,
Crys. Sekarang ikut gue aja yuk"
"Kemana?"
kata dia dengan muka penasaran.
"Rahasia
dong," kata gue sambil mengedipkan sebelah mata.
***
"Van,
ini di mana? Keren banget viewnya!" Crystal berlari menyusuri taman dengan
mata berbinar.
Gue
ketawa ngeliat tingkah dia. "Baru kali ini gue ketemu cewek yang lebih
suka bunga tulip dibanding mawar," kata gue sambil nyubit pipi Crystal.
Pipi dia langsung merah.
Gue
menaikan sebelah alis, "Cie blushing ciee"
Dia
nunduk terus natap gue datar. "Apaan sih"
Blushingnya
bentar doang? Gaasik amat.
Crystal
udah gapeduli sama gue. Dia malah asik ngeliatin warna-warna bunga tulip
itu.
"Stal"
"Apa,
Van?" dia ngejawab tanpa ngeliat ke arah gue. Dia malah ngeliatin bunga
tulip yang berwarna biru.
"Lu
tau ngga arti-arti dari warna tulip itu?"
Dia
menggeleng. Gue ketawa.
"Tulip
merah artinya romantis, tulip kuning artinya persahabatan atau cinta bertepuk
sebelah tangan, tulip putih artinya penghormatan, tulip merah muda melambangkan
penghargaan, tulip oranye artinya semangat, tulip ungu artinya kebangsawanan,
terus tulip biru artinya ketenangan dan kedamaian"
Crystal
cengo ngedenger penjelasan gue. "Gue ngga nyangka lu tau banyak tentang
tulip"
"Banyak
hal yang ngga lu tau dari gue, Stal"
Crystal
senyum. Sinar matahari sore menyinari wajah dia. Dia keliahatan jauh lebih
manis.
Gue
berjalan mendekat ke arah dia dan langsung memetik tulip biru yang ada di
belakang dia.
"Gue
kasih tulip biru ke lu karena gue tenang dan damai kalo ada di samping lu,
Stal" kata gue sambil menjulurkan tulip biru itu ke Crystal.
Crystal
senyum. Damn! Dia cantik banget. Dia ngambil tulip yang gue kasih dan natap
gue. Jarak gue sama dia udah tipis banget sekarang. Gue ngeliat setiap lekuk
wajahnya dengam intens. Mata biru lautnya yang sekarang keliatan bersinar
karena efek dari sunset, hidung mancungnya, pipinya yang bersemu merah,
bibirnya yang tipis berwarna merah muda yang bener-bener minta dicipok.
Eh
siapa tuh yang ngomong?
Pikiran
gue mulai error nih.
"Makasih
ya--"
Omongan
Crystal terpotong karena apa yang daritadi gue takutin terjadi.
------------------------------------------------------------
Author's Note:
Hayoloh, apa yang terjadi? *ketawajahat*
No comments:
Post a Comment