Crystal’s
POV
“Kita putus. Gue udah bosen sama lu. Bye,” gue
memandang laki-laki di depan gue dengan tatapan malas.
Tunggu, siapa nama dia?
Ah iya, Tama kalo ngga salah.
“Tapi kenapa putus, Crys? Salah gue apa?” Tama
berlutut di hadapan gue. Gue menyeringai dan langsung mendorong bahunya.
“Udah gue bilang, gue bosen sama lu. Tiap hari
kerjaannya ngechat gue terus, tiap detik nanyain gue di mana. Hey, gue ini
bukan anak TK yang perlu lu awasin tiap detik!”
Tama berdiri dan langsung mendekat ke arah gue. “Gue
kayak gitu karena gue sayang sama lu! Gue ngga mau lu kenapa-kenapa. Itu bentuk
perhatian gue ke lu!”
Gue tersenyum miring, “Sayang? Yakin lu tulus
sayang sama gue? Bukan cuma mau numpang tenar dan eksis? Jangan pikir gue ngga
tau apa-apa. Lu taruhan sama temen-temen lu, kan? Kalo lu berhasil ngedapetin
gue, lu bakal dapet duit 10 juta”
Tama cengo ngedenger penjelasan gue. Gue melipat
tangan di depan dada, “Ngga usah heran kenapa gue bisa tau semua itu, gue punya
banyak mata-mata di kampus ini”
“Tapi.. Taruhan itu udah batal kok. Gue beneran
sayang sama lu. Gue tulus, ngga ada embel-embel taruhan”
Gue menatap dia dengan tatapan tajam, “Mamam tuh
sayang. Gue ngga pernah sayang sama lu! Lu udah denger kan kalo gue itu
heartbreaker sejati?”
Tama mengganggukan kepalanya dengan lemah. “Gue
kira lu udah tobat, Stal”
Gue tertawa sinis, “Gue? Tobat? Mimpi aja lu!”
Gue pergi meninggalkan Tama. Tapi sebelumnya, gue
berbalik dan berteriak, “Selamat! Lu udah jadi korban ke-duapuluh seorang
Crystalvania Benita!”
Della dan Fian tiba-tiba nyamperin gue. Mereka ‘menggiring’
gue ke kantin kampus.
Mereka itu kayak Mama sama Papa gue. Gue berdiri di
tengah, Della di sebelah kiri, dan Fian di sebelah kanan. Kita persis kayak
keluarga bahagia.
“Crystal yang dulu bukanlah yang sekarang,” Della
bernyanyi sambil keketawaan. Fian, yang ada di sebelahnya juga ikutan ketawa
ngakak.
“Eh anjir. Ngga usah nyanyiin lagu alay kayak gitu
deh!” gue memberengut. Malang sekali nasibku sehingga harus satu kampus lagi
sama dua kucrut ini.
“Lagian ya, elu gue kira ngga bakal berubah. Eh ternyata,
perubahannya drastis banget!” Della menatap gue dengan tatapan mengejek.
“Errh. Udah gue bilang, gue bukan berubah. Gue cuma
menambah perlindungan gue aja”
Fian menatap gue tepat di manik mata. Jujur aja,
natap Fian itu kayak natap seseorang yang sangat berarti di hidup gue.
“Ini yang namanya perlindungan, Crys? Jadi heartbreaker
dan playgirl sejati yang terkenal dengan sifat dinginnya? Itu bukan perlindungan
namanya, Crys! Itu penyiksaan”
Gue memutar bola mata, “Gue yang ngejalanin semua
ini. Gue udah siap buat ngehadapin semua ini. Siapa sih yang ngga akan berubah
waktu ditinggal sama cowok yang paling disayang tepat dihari ulang tahunnya? Dua
kali gue ngerasain itu. Masih bisa gue jadi cewek lembek yang percaya sama
cinta?”
Fian dan Della diam mendengar kata-kata gue.
***
Gue sampe di rumah jam 6 sore. Gara-gara hari ini
mata kuliah padet, gue harus balik sesore ini jadinya.
Fyi, gue ngambil jurusan Hukum.
Gue berjalan menuju keyboard yang terletak di ruang
musik di rumah gue. Entah kenapa tiba-tiba gue pengen main keyboard.
Gue menekan tuts-tuts berwarna hitam dan putih itu.
Alunan nada mulai terbentuk.
Last
night I heard my own heart beating
Sounded
like footsteps on my stairs
Six
months gone, I’m still reaching
Even
thought I know, you’re not there
Rasa sesak itu datang menghampiri gue. Enam bulan
Vander pergi, tapi gue masih suka nyari dia. Berharap dia ada di balkon sebrang
kamar gue.
I
was playing back a thousand memories baby
Thinking
‘bout everything we’ve been through
Maybe
I’ve been going back to much lately
When
time stood still, and I had you
Kenangan itu berputar dengan jelas di kepala gue. Seperti
rangkaian film lama yang ngga akan pernah bosan untuk gue liat. Kenangan saat
gue masih memiliki dia.
Come
back come back come back to me here like
You
would you would if this was a movie
Kembali, Van. Kembali. Gue ngga mau lu pergi dari
gue.
Tapi sayang, hanya di film dalam kenangan gue, lu
akan kembali.
Standing
in the rain outside till I came out
Ayo, Van. Muncul lagi di bawah balkon gue saat
hujan. Waktu lu minta maaf atas segala masa lalu lu.
Come
back come back come back to me like
You
could you could if you just said you’re sorry
Balik lagi ke sini, Van. Balik kayak waktu lu minta
maaf ke gue!
I
know that we could work it out somehow
But
if this was a movie you’d be here by now
Kalo cuma di film lu akan kembali, gue berharap
selamanya tinggal di dunia film, Van.
I
know people change and these things happen
But
I remember how it was back then
Locked
up in your arms and our friends were laughing
Cause
nothing like this ever happened to them
Now
I’m pacing down the hall, chasing down your street
Flashback
to the night when you said to me
Tiap hari, Van. Tiap hari gue kepikiran sama apa
yang lu katakan ke gue. Semua itu udah jadi kenangan abadi di memori gue.
Nothings
gonna change not for me and you
Not
before I knew how much I had to lose
Come
back come back come back to me like
You
would you would if this was a movie
Standing
in the rain outside till I came out
Come
back come back come back to me like
You
could you could if you just said you’re sorry
I
know that we could work it out somehow
But
if this was a movie you’d be here by now
If
you’re out there, if you’re somewhere, if you’re moving on
I’ve
been waiting for you ever since you’ve been gone
Mau dimanapun lu sekarang, gue masih nunggu lu. Gue
masih di sini nunggu ada keajaiban supaya lu balik ke sisi gue, Van.
I
just want it back the way it was before
And
I just wanna see you back at my front door
Gue mau semua kembali. Semuanya. Tanpa terkecuali.
And
I say
Come
back come back come back to me like
You
would before you said it’s not that easy
Before
the fight, before I locked you out
But
I’d take it all back now
Come
back come back come back to me like
You
would you would if this was a movie
Standing
in the rain outside till I came out
Come
back come back come back to me like
You
could you could if you just said you’re sorry
I
know that we could work it out somehow
But
if this was a movie you’d be here by now
You’d
be here by now
Gue menghapus air mata yang sedari tadi turun membasahi
pipi gue dengan kasar. Gue memeluk diri gue sendiri.
Bahkan seorang playgirl dan heartbreaker sejati
kayak gue bakalan tetep kalah sama sebuah lagu dan masa lalu.
Author's Note:
Ini dia chapter 1 Heartshield. Semoga suka ya;3
No comments:
Post a Comment