Monday, June 9, 2014

Heartshield Chapter 1

Crystal’s POV
“Kita putus. Gue udah bosen sama lu. Bye,” gue memandang laki-laki di depan gue dengan tatapan malas.
Tunggu, siapa nama dia?
Ah iya, Tama kalo ngga salah.
“Tapi kenapa putus, Crys? Salah gue apa?” Tama berlutut di hadapan gue. Gue menyeringai dan langsung mendorong bahunya.
“Udah gue bilang, gue bosen sama lu. Tiap hari kerjaannya ngechat gue terus, tiap detik nanyain gue di mana. Hey, gue ini bukan anak TK yang perlu lu awasin tiap detik!”
Tama berdiri dan langsung mendekat ke arah gue. “Gue kayak gitu karena gue sayang sama lu! Gue ngga mau lu kenapa-kenapa. Itu bentuk perhatian gue ke lu!”
Gue tersenyum miring, “Sayang? Yakin lu tulus sayang sama gue? Bukan cuma mau numpang tenar dan eksis? Jangan pikir gue ngga tau apa-apa. Lu taruhan sama temen-temen lu, kan? Kalo lu berhasil ngedapetin gue, lu bakal dapet duit 10 juta”
Tama cengo ngedenger penjelasan gue. Gue melipat tangan di depan dada, “Ngga usah heran kenapa gue bisa tau semua itu, gue punya banyak mata-mata di kampus ini”
“Tapi.. Taruhan itu udah batal kok. Gue beneran sayang sama lu. Gue tulus, ngga ada embel-embel taruhan”
Gue menatap dia dengan tatapan tajam, “Mamam tuh sayang. Gue ngga pernah sayang sama lu! Lu udah denger kan kalo gue itu heartbreaker sejati?”
Tama mengganggukan kepalanya dengan lemah. “Gue kira lu udah tobat, Stal”
Gue tertawa sinis, “Gue? Tobat? Mimpi aja lu!”
Gue pergi meninggalkan Tama. Tapi sebelumnya, gue berbalik dan berteriak, “Selamat! Lu udah jadi korban ke-duapuluh seorang Crystalvania Benita!”
Della dan Fian tiba-tiba nyamperin gue. Mereka ‘menggiring’ gue ke kantin kampus.
Mereka itu kayak Mama sama Papa gue. Gue berdiri di tengah, Della di sebelah kiri, dan Fian di sebelah kanan. Kita persis kayak keluarga bahagia.
“Crystal yang dulu bukanlah yang sekarang,” Della bernyanyi sambil keketawaan. Fian, yang ada di sebelahnya juga ikutan ketawa ngakak.
“Eh anjir. Ngga usah nyanyiin lagu alay kayak gitu deh!” gue memberengut. Malang sekali nasibku sehingga harus satu kampus lagi sama dua kucrut ini.
“Lagian ya, elu gue kira ngga bakal berubah. Eh ternyata, perubahannya drastis banget!” Della menatap gue dengan tatapan mengejek.
“Errh. Udah gue bilang, gue bukan berubah. Gue cuma menambah perlindungan gue aja”
Fian menatap gue tepat di manik mata. Jujur aja, natap Fian itu kayak natap seseorang yang sangat berarti di hidup gue.
“Ini yang namanya perlindungan, Crys? Jadi heartbreaker dan playgirl sejati yang terkenal dengan sifat dinginnya? Itu bukan perlindungan namanya, Crys! Itu penyiksaan”
Gue memutar bola mata, “Gue yang ngejalanin semua ini. Gue udah siap buat ngehadapin semua ini. Siapa sih yang ngga akan berubah waktu ditinggal sama cowok yang paling disayang tepat dihari ulang tahunnya? Dua kali gue ngerasain itu. Masih bisa gue jadi cewek lembek yang percaya sama cinta?”
Fian dan Della diam mendengar kata-kata gue.
***
Gue sampe di rumah jam 6 sore. Gara-gara hari ini mata kuliah padet, gue harus balik sesore ini jadinya.
Fyi, gue ngambil jurusan Hukum.
Gue berjalan menuju keyboard yang terletak di ruang musik di rumah gue. Entah kenapa tiba-tiba gue pengen main keyboard.
Gue menekan tuts-tuts berwarna hitam dan putih itu. Alunan nada mulai terbentuk.
Last night I heard my own heart beating
Sounded like footsteps on my stairs
Six months gone, I’m still reaching
Even thought I know, you’re not there
Rasa sesak itu datang menghampiri gue. Enam bulan Vander pergi, tapi gue masih suka nyari dia. Berharap dia ada di balkon sebrang kamar gue.
I was playing back a thousand memories baby
Thinking ‘bout everything we’ve been through
Maybe I’ve been going back to much lately
When time stood still, and I had you
Kenangan itu berputar dengan jelas di kepala gue. Seperti rangkaian film lama yang ngga akan pernah bosan untuk gue liat. Kenangan saat gue masih memiliki dia.
Come back come back come back to me here like
You would you would if this was a movie
Kembali, Van. Kembali. Gue ngga mau lu pergi dari gue.
Tapi sayang, hanya di film dalam kenangan gue, lu akan kembali.
Standing in the rain outside till I came out
Ayo, Van. Muncul lagi di bawah balkon gue saat hujan. Waktu lu minta maaf atas segala masa lalu lu.
Come back come back come back to me like
You could you could if you just said you’re sorry
Balik lagi ke sini, Van. Balik kayak waktu lu minta maaf ke gue!
I know that we could work it out somehow
But if this was a movie you’d be here by now
Kalo cuma di film lu akan kembali, gue berharap selamanya tinggal di dunia film, Van.
I know people change and these things happen
But I remember how it was back then
Locked up in your arms and our friends were laughing
Cause nothing like this ever happened to them
Now I’m pacing down the hall, chasing down your street
Flashback to the night when you said to me
Tiap hari, Van. Tiap hari gue kepikiran sama apa yang lu katakan ke gue. Semua itu udah jadi kenangan abadi di memori gue.
Nothings gonna change not for me and you
Not before I knew how much I had to lose
Come back come back come back to me like
You would you would if this was a movie
Standing in the rain outside till I came out
Come back come back come back to me like
You could you could if you just said you’re sorry
I know that we could work it out somehow
But if this was a movie you’d be here by now
If you’re out there, if you’re somewhere, if you’re moving on
I’ve been waiting for you ever since you’ve been gone
Mau dimanapun lu sekarang, gue masih nunggu lu. Gue masih di sini nunggu ada keajaiban supaya lu balik ke sisi gue, Van.
I just want it back the way it was before
And I just wanna see you back at my front door
Gue mau semua kembali. Semuanya. Tanpa terkecuali.
And I say
Come back come back come back to me like
You would before you said it’s not that easy
Before the fight, before I locked you out
But I’d take it all back now
Come back come back come back to me like
You would you would if this was a movie
Standing in the rain outside till I came out
Come back come back come back to me like
You could you could if you just said you’re sorry
I know that we could work it out somehow
But if this was a movie you’d be here by now
You’d be here by now
Gue menghapus air mata yang sedari tadi turun membasahi pipi gue dengan kasar. Gue memeluk diri gue sendiri.

Bahkan seorang playgirl dan heartbreaker sejati kayak gue bakalan tetep kalah sama sebuah lagu dan masa lalu.


Author's Note:
Ini dia chapter 1 Heartshield. Semoga suka ya;3 

No comments:

Post a Comment