Monday, June 2, 2014

The Ice Chapter 39

Gue masuk ke rumah dengan langkah gontai. Mata gue sembab dan hidung gue merah banget.
“Crystalvania! What happen to you?” Kak Alfen langsung memegang bahu gue.
Mau ngga mau gue nginget lagi kejadian tadi.
“Vander.. Vander yang nabrak Andra. Vander yang bunuh Andra!” gue teriak histeris. Setetes air mata mulai turun lagi. Kak Alfen keliatan shock banget.
“Maksud lu apa, Crys? Vander yang nabrak Andra?” tiba-tiba Kak Freyna udah ada di hadapan gue.
Gue mengangguk dan mengalirlah cerita gue tentang Vander, tentang gue yang menemukan foto mobil Vander yang nabrak Andra.
Kak Freyna memeluk gue. “Gue tau ini berat buat lu. Tapi, Andra meninggal bukan karena Vander, tapi karena udah takdirnya. Gaada yang bisa ngubah takdir, Crys”
“Tapi kenapa Vander ngga jujur ajasih sama gue, Kak? Kenapa dari awal dia ngga cerita sama gue? Setidaknya kalo dari awal dia cerita, gue ngga akan sesakit ini”
Kak Alfen mengelus rambut gue. “Mending lu istirahat sekarang. Gue yakin lu capek banget. Be that strong girl, Crystal”
Gue mengangguk dan langsung berlari menuju kamar.
Fisik gue lelah, pikiran gue lelah, apalagi hati gue.
Lelah banget.
****
Gue terbangun saat ngerasa suasana udah gelap banget. Gue berjalan ke balkon. Gue duduk di sana sambil ngeliatin tetesan air yang turun. Hujan.
“Crystal..”
Gue mengernyit begitu mendengar nama gue dipanggil. Gue hafal setengah hidup sama suara ini.
Suara Ivander.
Tiba-tiba terdengar suara petikan gitar. Gue melihat ke bawah dan cengo seketika.
Vander. duduk. di. bawah. main. gitar. sambil. Ujanan.
“Lu ngapain disitu, Van? Sana balik. Udah gue bilang, gue ngga mau liat lu lagi” kata gue dengan nada sinis.
Maaf Van. Aslinya gue ngga mau lu sakit gara-gara keujanan.
“Please dengerin lagu ini, Stal. Gue cuma mau nyanyi buat lu. Setelah itu gue ngga akan muncul dihadapan lu lagi”
Gue duduk menghadap ke arah kamar dan tubuh gue bersandar di pembatas balkon.
My tears run down like razorblades
And no, I’m not the one to blame
It’s you or is it me?
“Lu masih  ngelak kalo lu ngga salah? Lu yang nabrak Andra, Vander!” gue berteriak histeris.
And all the words we never say come out
And now we’re all ashamed
And there’s no sense in playing games
When you’ve done all you can do
But now it’s over, it’s over, why is it over?
Ini berakhir gara-gara ketidak-jujuran lu.
We had the chance to make it
Ngga kita ngga punya kesempatan itu.
Now it’s over, it’s over, it can’t be over
I wish that I could take it back
But it’s over
Gue memeluk diri gue sendiri. Menekan dada gue dengan tangan, berharap sakit ini bakal ilang.
I lose myself in all these fights
I lose my sense of wrong and right
I cry, I cry!
It’s shaking from the pain that’s in my head
I just wann crawl into my bed
And throw away the life I’ve led
But I won’t let it die, but I won’t let it die
Iya gue berharap bisa lupain ini semua, tapi ngga bisa.
I’m falling apart, I’m falling apart
Don’t say this won’t last forever
You’re breaking my heart, you’re breaking my heart
Jangan egois, Van! Lu juga nyakitin hati gue!
Don’t tell me that we will never be together
We could be over and over, we could be forever
It’s not over, it’s not over, it’s not over
Unless you let it take you
It’s not over, it’s not over, it’s not over
Unless you let it break you
It’s not over
Ini udah berakhir, Van. Rasa sakit ini udah terlalu dalam. Semuanya harus berakhir.
“Gue harap semuanya ngga berakhir, Stal” Vander berkata lirih. Air mata terus mengalir di pipi gue. Kini tangan gue menutup mulut gue biar tangisan gue ngga meledak.
“I’m so sorry. Tapi kayaknya percuma kalo gue minta it’s not over, lu maunya It’s over. Bye Crystal. I love you so much even you hate me so much”

Tangis gue pecah seketika.

No comments:

Post a Comment