Dear someone who I loved the most,
Saat lu baca ini, artinya gue udah
ngga ada disamping lu buat nemenin lu lagi.
Tapi tenang aja, gue selalu di
hati lu kok. Gue bakal jadi penjaga hati lu untuk ngehindarin hati-hati lain
yang mencoba buat ngehancurin hati lu.
Maaf.
Entah gue harus bilang berapa ribu
kata maaf karena harus ninggalin lu. Jujur gue ngga mau. Tapi takdir berkata
lain.
Gue tau lu ngga siap nerima semua
ini, tapi gue tau kalo lu kuat ngadepin ini semua.
Lu cewek terkuat yang pernah gue
kenal.
Makasih buat segala sesuatu yang
udah lu kasih ke gue. Segala kenangan dan rasa nyaman yang selalu lu berikan ke
gue. It means a lot for me.
Lu harus tau, I’m always with you.
Gue selalu ada buat lu kapanpun lu butuhin gue.
Walaupun lu ngga bisa liat wujud
gue lagi.
Tutup mata lu dan fokuskan hati
lu. Gue bakal dateng buat lu.
Simpan terus kenangan kita ya. Gue
ngga mau kalo lu lupain kenangan ini.
Tapi, lu harus nyari orang lain
buat ngegantiin gue ya. Ngeganti posisi gue buat jagain lu secara real.
Gue yakin bakal ada orang yang
sayang sama lu secara tulus dan ngga akan ninggalin lu kayak apa yang gue
lakuin.
Gue sayang sama lu. Kemarin,
sekarang, dan selamanya.
***
Author’s POV
Suasana
rumah itu begitu kelam. Aura kesedihan sangat mendominasi tempat itu. Terlihat dari
wajah semua orang yang ada di sana, mereka baru saja mengalami peristiwa
kehilangan.
Seorang
gadis berambut panjang berwarna hitam kecoklatan masuk ke dalam rumah itu. Wajahnya
datar, tidak menampilkan ekspresi apapun. Tapi jika melihat tepat ke dalam mata
biru lautnya, disana tergambar jelas bahwa ia sangat kehilangan.
“Kak,
Vander mana? Crystal mau ketemu sama dia,” gadis itu menemui seorang laki-laki
berkacamata yang sedang duduk di taman. Laki-laki itu menatap sang gadis dengan
tatapan penuh luka.
“Ikhlasin
dia, Crystal. Dia udah tenang di sana,” laki-laki itu mengelus rambut Crystal
dengan penuh kasih sayang.
“Ohiya
lupa. Vander kan udah ninggalin Crystal. Yaudah Crystal balik dulu ya, Kak. Kalo
kakak ketemu sama Vander, bilang Crystal kangen sama dia,” gadis itu berbicara
tetap tanpa ekspresi. Namun lagi-lagi mata itu tidak bisa bohong. Mata itu
menyiratkan luka yang begitu dalam.
***
Crystal
berdiam diri di balkon kamarnya sambil terus membaca ulang surat yang baru ia
terima kemarin malam. Perasaannya tak menentu. Sakit, kehilangan, kesal, kecewa
semua berkumpul jadi satu.
Dia
kira prom night semalam akan menjadi malam yang indah.
Namun
nyatanya?
Dia
harus kehilangan orang yang benar-benar dia sayang.
Bahkan
ada satu fakta yang dia lupakan akibat kejadian semalam.
Ulang
tahunnya sendiri.
“Van..
harusnya lu ada di sini. Kita jalan bareng buat ngerayain ulang tahun gue. Waktu
itu ulang tahun gue, lu kasih kejutan yang luar biasa indah. Tahun ini? Lu
kasih gue kejutan yang luar biasa mengejutkan”
Air
mata mulai turun di kedua pipi Crystal. Ingatannya berputar akan kejadian
semalam.
>Flashback<
“VANDER AWAS!” Crystal berteriak
namun pisau itu terlebih dahulu menancap di perut Vander.
Vander langsung ambruk ke pangkuan
Crystal. Di sisa kesadarannya, Vander tersenyum sangat tulus.
“Ini balasan yang harus gue terima
karena waktu itu udah nabrak Andra dan kabur gitu aja. Makasih udah ngasih gue
kesempatan yang kedua yam” Vander berkata dengan nada lirih.
Crystal berusaha keras menahan
isak tangisnya. Namun, air mata itu berkhianat. Dengan mulusnya, ia turun
membasahi pipi mulus gadis itu.
“Lu ngga boleh pergi, Van. Gue ngga
mau kehilangan orang yang gue sayangi untuk kedua kalinya. Cukup Andra yang
pergi, lu ngga harus pergi!”
Vander hanya tersenyum. “Bye
Crystalvania Benita”
“VANDER!” Crystal berteriak
histeris. Dia liat sekeliling, 5 orang itu sudah pergi.
Dasar pengecut, batin Crystal.
Seakan tersadar, dia langsung
mengambil handphonenya dan menelfon Nathan, kakak dari Vander.
10 menit kemudian, Nathan datang
bersama ambulance. Para suster mengambil tubuh Vander.
Nathan menghampiri Crystal lalu
memeluk tubuh gadis itu.
“Vander.. Kak.. Vander..”
Nathan mengelus rambut Crystal, “Dia
bakal baik-baik aja”
Semalaman Crystal menjaga Vander.
Berharap kedua mata laki-laki itu terbuka. Kata-kata dokter yang memeriksa
Vander begitu memukul Crystal.
“Jika sampai keesokan harinya
Vander belum juga sadar, Vander tidak dapat diselamatkan. Luka tusukan itu
tepat di organ vitalnya. Saya harap anda dan keluarga segera menyiapkan mental
untuk menerima kemungkinan yang terburuk”
Crystal menggenggam tangan Vander,
“Kamu harus sadar, Van. Aku ngga mau kehilangan kamu. Aku sayang kamu”
Untuk pertama kalinya, dia
berbicara dengan bahasa aku-kamu, bukan lu-gue. Crystal berkata dengan segenap
kekuatan yang ia punya, “Aku sayang kamu. Selalu”
Setelah berkata itu, garis
penunjuk detak jantung Vander berubah menjadi garis lurus. Gadis itu histeris,
dokter segera masuk ke ruangan itu.
“Maaf, Vander tidak bisa
diselamatkan”
Pagi harinya, Vander langsung
dimakamkan. Crystal tak lagi menangis, ekspresinya datar, tidak menampilkan
emosi apapun, namun mata biru lautnya itu menjawab semuanya.
Mata itu menyiratkan kehilangan
yang begitu besar.
Crystal mendekat kepada makam itu,
“Kok cepet banget sih ninggalinnya? Gue kan masih mau ngejalanin hidup sama lu.
Lu jahat,” Crystal menarik nafas. “Gue.. Gue sayang sama lu”
“Aku juga sayang sama kamu, Stal”
Crystal merasa ada yang berbisik
di telinganya. Tidak salah lagi, itu suara Vander. Tangisnya tak bisa ia tahan
lagi.
Sungguh ia begitu menyayangi
laki-laki itu.
>Flashback End<
Air
mata terus mengalir di pipi gadis itu. Ditangannya ada sebuah kotak yang
merupakan barang terakhir yang dititipkan oleh Vander.
Ia
tak bisa. Ia tak sanggup jika harus kehilangan lagi. Cukup waktu itu ia
kehilangan Andra, ia tidak mau kehilangan Vander.
Namun
takdir berteriak dengan keras dan kenyataan menamparnya telak.
Vander
sudah tak ada di sisinya dan Vander tak mungkin kembali lagi.
Author's Note:
HAI! AKHIRNYA THE ICE BERES! *elap keringet* Silahkan tebak ini epilog atau bukan. bisa jadi ini epilog, bisa jadi ngga.
Sedih ya?
Kalo ngga kena feelnya, maaf. Masih author abal-abal:(
Jangan bunuh gue kalo misalnya kalian ngga setuju Vander pergi:(
Sepertinya, gue bakal buat kelanjutan dari kisah ini. Liat ntar aja deh ya;3
Makasih buat Stefani, Adeline, Shilma, Jihan yang udah setia baca cerita ini. Yang selalu nerror gue ketika The Ice sempet ngga lanjut. I'm nothing without them!
Makasih juga buat para readers yang udah mau baca. Siapapun itu, makasih udah mau baca.
Mau baca versi wattpad? baca disini: wattpad.com/christaviana
Akhir kata, selamat tinggal dan sampai bertemu dicerita lainnya!:*
Pertama dibuat: 3 April 2014
Ending : 8 Juni 2014
Lama pembuatan: +- 65 hari.
No comments:
Post a Comment